Total Tayangan Halaman

Kuliah ke tujuh Dasar Dasar Ekonomi Islam

Kuliah ke tujuh
Dasar Dasar Ekonomi Islam


Definisi Ekonomi Islam
  • Ekonomi Islam: Ekonomi Islam adalah ilmu sosial yang mempelajari masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam (Mannan)
  • Ekonomi Islam adalah tanggapan para pemikir muslim atas berbagai tantangan ekonomi. Dalam hal ini didasarkan pada Quran dan Sunnah disamping alasan dan pengalaman. (MN.Siddiqi)
  • Ekonomi Islam adalah suatu upaya yang sistematik untuk memahami masalah ekonomi dan perilaku masyarakat, dalam perspektif Islam (Khurshid Ahmad).
  Ekonomi Islam adalah suatu ilmu dan penerapan hukum syariah yang melindungi ketidakadilan dalam kaitan dengan upaya pencapaian kesejahtaeraan manusia dan pelaksanaan ibadah kepada ALLAH. (Hasanuz Zaman).
Karakter Ekonomi Islam
  1. Bersumber dari al-Qur’an, as-Sunnah dan Ijtihad
  2. Berpandangan dunia holistik dan balance (Tauhid)
  3. Memandang manusia sebagai kholifatullah fil ardh (Homo Islamicus)
  4. Pola hubungan muamalah didasarkan pada asas kemitraan
  1. Berfungsinya institusi zakat
  1. Tiadanya transaksi berbasis bunga (interest)
  1. Mengakui kepemilikan Individu terhadap aset dan modal
  2. Mengakui adanya profit motive
Why Do We Need Islamic Economics?
  Alasan Syariah
  Alasan Keadilan
  Alasan Ekonomi
  Alasan Kegagalan Sistem Ekonomi Saat ini
Alasan Syariah
  Bidang ekonomi merupakan bagian dari muamalah
  Muamalah merupakan bagian Islam yang mengatur pola-pola hubungan antar sesama manusia (Muslim maupun non-Muslim)
  Garis-garis besar ajaran ekonomi ditemukan dalam syariah, misalnya kepemilikan, sebab-sebab kepemilikan, karakteristik kepemilikan, batas-batas kepemilikan dll.
  Bidang muamalah merupakan ruang yang sangat luas dari syariah, kebolehan adalah prinsip utamanya.
  Syariah memiliki tingkat keleluasaan tinggi terhadap perkembangan kehidupan manusia.
Kekeliruan Ekonomi Konvensional
  Didasarkan pada ideologi materialis.
  Berpandangan dunia (world view) sekuleris bahkan atheis.
  Melihat manusia sebagai Homo Economicus.
  Berpaham utilitarianisme (Baik dan buruk, benar dan salah diukur berdasarkan prinsip pain and pleasure).
  Bertujuan mengantarkan kesejahteraan (welfare) yang berdimensi fisik, materialis, hedonis tanpa batas.
Kegagalan Ekonomi Kontemporer
  Gagal mewujudkan keadilan dan pemerataan
  Gagal mengantarkan kesejahteraan
  Gagal mengentaskan kemiskinan
  Gagal menjembatani jurang kemiskinan dan kekayaan
  Menguras sumber daya alam sehingga ekosistem tidak seimbang
Kenapa Isu Ekonomi Islam Baru Sekarang?
  Sebenarnya ekonomi Islam dibangun bersamaan dengan dakwah Islam itu sendiri. Yaitu sejak Rasulullah SAW mendakwahkan Islam.
  Kemudian dikembangkan oleh para khulafaur Rosyidin dan generasi berikutnya.
  Selama kaum Muslimin mendominasi dunia (610 – 1492), mereka sudah terbiasa dengan sistem ekonomi Islam.
Kenapa?
  Hal itu ditunjukkan dengan literatur di bidang ekonomi seperti Kitab al-Amwal, Kitab al-Khorroj, Kitab al-Kasab dan kajian yang begitu luas dalam seluruh kitab fikih.
  Produk perbankan seperti Sharf (tukar menukar uang) telah ada sejak dari dulu.
  Bentuk kerja sama bisnis dengan konsep Mudhorobah dan Musyarakah telah dipakai secara meluas bahkan oleh non-Muslim
  Pada tahun 1492 tamat kekuasaan Islam di Spanyol dan Columbus menemukan benua Amerika.
  Mulai saat itu sebagian besar kaum Muslimin mundur dari peradaban tinggi dan menjadi daerah jajahan Barat.
  Barat mengganti Islam dengan sistem Barat sehingga seluruh institusi Barat menjadi bagian dari kehidupan kaum Muslimin.
  Muncullah lembaga-lembaga keuangan berbasis bunga seperti bank, asuransi, gadai dan lain-lain dalam masyarakat Muslim.
  Hanya lembaga-lembaga keuangan ribawi inilah yang tersedia di masyarakat sehingga menciptakan masyarakat ribawi.
  Ketika para ekonom Muslim menggagas Ekonomi Islam, masyarakat yang terbiasa dengan riba, merasa seperti tersengat halilintar, karena heran.
  Pada tahun 1975/1976, IDB berdiri.
  Konsep keuangan Islam mulai mengkristal.
  Makin banyak lembaga keuangan Islam didirikan di seluruh dunia.
  Lembaga keuangan Islam terlihat sehat dan lebih tahan terhadap krisis.
  Non Muslim mulai terbiasa menggunakan jasa dari lembaga keuangan Islam.
Perkembangan Praktek Ekonomi IslamDi Dunia
  • Pada akhir tahun 2005 diperkirakan lebih dari 300 institusi keuangan syariah di lebih 75 negara mengelola asset sekitar USD 700 - 1000 miliar.
  • Berdasarkan data The Islamic Banker, London, diperkirakan lebih dari 250 lembaga mutual funds Syariah yang mengelola sekitar USD 300 miliar assets.
  • Berkembangnya pusat-pusat keuangan syariah di berbagai kawasan: Bahrain, Inggris, Indonesia, Malaysia, Hongkong, Singapura, dll
  • Dalam kurun waktu 17 tahun perkembangan perbankan syariah di Indonesia, total aset industri perbankan Syariah telah meningkat sebesar 15 kali lipat. Setara dengan pertumbuhan  61,2% per tahun (rata-rata year on year) dari  Rp 1,79 triliun pada tahun 2000, menjadi Rp 33 triliun pada akhir tahun 2007
Perkembangan Praktek Di Indonesia
  Praktek Ekonomi Islam di dunia, diawali dengan industri perbankan Islam. Begitu pula yang terjadi di Indonesia, bank syariah pertama di Indonesia, di awali oleh BMI pada tahun 1992
  Saat ini, tidak hanya bank syariah saja yang menjadi monopoli bisnis syariah di Indonesia, akan tetapi, industri lainnya seperti asuransi syariah, pegadaian syariah,  pasar modal, sukuk, bahkan telah merambah pada industri non keuangan seperti hotel syariah dan sebagainya.
Rasionalitas EKIS
  Ekonomi Islam dibangun atas dasar perilaku individu yang rasional Islami.
  Rasional Islami dalam hal ini tidak dimaknai sebagai rasional sempit, melainkan perilaku logis bagi setiap individu yang sadar dan perhatian untuk memperoleh falah.
  Hal ini menuntut manusia untuk bervisi dan berfikir jangka panjang.
  Dalam hal tertentu, manusia akan mengorbankan kepentingan duniawinya untuk mendapatkan kesejahteraan akhirat atau melakukan tindakan etis yang mengorbankan kepentingan individu atau material demi memperoleh maslahah yang lebih besar.
  Perilaku etis dipandang sabagi perilaku rasional ketika sejalan dengan nilai-nilai falah.
KERANGKA METODOLOGI EI
  1. Kebenaran dan Kebaikan
         Pertanyaan yang selalu menyertai teori à seberapa jauh teori tersebut benar (mampu mengungkkapkan kenyataan yang hidup didunia nyata/bukti empiris). à pola pikir ini mendominasi hampir setiap proses penentuan kebenaran semua cabang ilmu pengetahuan
         Ini yang disebut induksi à ilmuwan menguji hipotesis secara berulang à sehingga hipotesis ditolak atau diterima.
         Proses pengujian seperti ini masih dimungkinkan adanya kesalahan sehingga kesimuplan keliru (dalam statistika  kesalahan tipe pertama (type I error)) à kekeliruan akibat representasi yang berasala dari keterbatasan sampel
         à sesuatu yang dikatakan benar belum tentu benar secara mutlak demikian sebaliknya à bisa muncul fakta baru dikemudian waktu.
         Proses ini juga dapat memunculkan divergensi antara kebenaran vs kebaikan. Teori benar tapi dari moral tidak baik. Prinsip baik tetapi tidak ada fakta empiris dianggap tidak benar. à teori benar tidak selalu baik, teori baik belum tentu benar menurut fakta.
         Dalam Islam kebenaran dankebaikan mutlak hanya berasal dari Allah à baik ayat qauliyah & kauniyah
         Ayat qauniyah sebagian langsung dapat dipahami, sebagian butuh tafsir yang sahih.
         Ayat kauniyah sebagai pendukung dan penguat kebenaran ayat qauliyah. Kebenaran ayat ni masih dipengaruhi oleh penafsiran manusia terhadap fenomena sosial dan alam à kebenaran empiris tidak mutlak
2. Metodologi Ilmu Alam versus Metodologi Ilmu Sosial
         Metode diatas cocok untuk ilmu alam à karena karakter subjek ilmu bersifat pasti (aturan jagad raya yang sifatnya pasti mengikuti sunatullah (hukum tuhan) à mereka taat aturan dan hukum Allah. Prilakunya konsisten à teori yang benar. Kalau keliru karena keterbatasan ilmu manusia.
         Kekeliruan juga tidak menimbulkan divergensi antara kebenaran vs kebaikan à teori tidak merekomendasikan tindakan yang tidak baik.
         Tidak demikian pada ilmu sosial à kesalahan terbesar metodologi ilmu ekonomi selama ini adalah mengidentifikasikan ekonomi dengan proses yang terjadi dalam ilmu fisika (Dr. Chapra, 2000). à hubungan antar variabel dipercayai sebagai pola yang pasti à IE terjebak dalam perangkap determinisme.
         Resepon seseorang terhadap fenomena dipengaruhi oleh decision rule à kumpulan pengalaman, logika, rasio (histori, filsafat, bahasa, dan pandangan hidup) dan juga input. à sehingga kesimpulan logis menurut A tapi tidak untuk orang lain. à keputusan ini yang menjadi objek IE.
         Manusia punya pilihan untuk taat atau tidak à jika tidak taat à prilaku ini yang diamati oleh Ekonom à ketika diuji à teori yang tidak berdasar hukum Allah dianggap benar.
         Isalm menolak metode ini karena à kekeliruan akibat kegagalan sampel merepresentasikan seluruh populasi yang ada.


Karakteristik Ekonomi Islam
  1. Tujuan Ekonomi Islam
  2. Moral Sebagai Pilar Ekonomi Islam
  3. Nilai-nilai Dasar Ekonomi Islam
  4. Prinsip-prinsip Dasar Ekonomi Islam
  5. Basis Kebijakan Ekonomi Islam
  6. Paradigma Ekonomi Islam
Nilai dan Karakteristik Ekonomi Islam
Menurut Dr. Yusuf Qardhawi (2001) ketika kita berbicara tentang nilai
dan akhlak dalam ekonomi dan muamalah Islam, maka tampak
secara jelas empat nilai utama, yaitu:
  Ekonomi Rabbaniyah (Ilahiyah)
  Ekonomi Akhlak
  Ekonomi Kemanusiaan
  Ekonomi Pertengahan
Nilai-nilai ini menggambarkan kekhasan (keunikan) yang utama bagi ekonomi Islam.
Ekonomi Ilahiyah (1)
  Ekonomi Ilahiyah à karena titik berangkatnya dari Allah, tujuannya mencari ridla Allah dan cara-caranya tidak bertentangan dengan syariatnya.
  Kegiatan ekonomi, baik produksi, konsumsi, dan distribusi, diikatkan pada prinsip Ilahiah dan pada tujuan Ilahi.
  Seorang muslim merasa ketika menanam, bekerja, ataupun berdagang, maka dengan amalnya itu maka ia beribadah kepada Allah.
  Ketika mengkonsumsi dan memakan dari sebaik-baiknya rizqi,ia merasa tengah memenuhi perintah Allah.
15.  Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan Hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.


168.  Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; Karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.


31.  Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid[534], makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan[535]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

[534]  Maksudnya: tiap-tiap akan mengerjakan sembahyang atau thawaf keliling ka'bah atau ibadat-ibadat yang lain.
[535]  Maksudnya: janganlah melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan jangan pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan.
Ekonomi Ilahiyah (2)
  Ekonomi dalam pandangan Islam bukanlah tujuan itu sendiri, tetapi merupakan kebutuhan bagi manusia dan sarana yang lazim baginya agar bisa hidup dan bekerja untuk mencapai tujuannya yang tinggi. Ekonomi à penunjang dan pensupport bagi Aqidah dan risalahnya.
  Dalam ekonomi Islam à pengawasan internal dan hati nurani, yang ditumbuhkan oleh iman di dalam hati seorang muslim, dan menjadikan pengawas bagi dirinya.
  Muslim yang takut dan takwa kepada Allah à akan meninggalkan semua usaha yang meragukan menuju usaha yang tidak meragukan.
  Dalam ekonomi Islam à nilai yang menetapkan bahwa sesungguhnya manusia memiliki itu adalah “wakil” dalam harta Allah. Manusia adalah wakil dan pemegang amanah terhadap harta tersebut.

31.  Dan Hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang Telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (syurga).


6.  Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah.

Ekonomi Akhlak
  Antara ekonomi dan akhlak, dalam sistem Islam tidak pernah terpisah sama sekali (seperti halnya à ilmu dan akhlak, politik dan akhlak, dan antara perang dan akhlak). Akhlak adalah daging dan urat nadi kehidupan Islami.
  Sesungguhnya setiap muslim terikat oleh iman dan akhlak pada setiap aktifitas ekonomi yang dialkukannya. Baik dalam melakukan usaha, mengembangkan maupun menginfakkan harta.
  Diharamkannya khamar dan minuman keras lainnya. Demikian juga perjudian dan memelihara babi. Jual beli berhala dan patung2.

16.  Dan bahwasanya: Jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak).


96.  Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Ekonomi Pertengahan
  Tercermin dalam keseimbangan yang adil yang ditegakkan di antara individu dan masyarakat, sebagaimana ditegakkanya konsep ‘berpasangan’ lainnya (dunia & akhirat, jasmani & ruhani, akal dan ruh, idealisme & fakta, “polisi iman” dan “polisi penguasa”, dll). Pertengahan antara indvidualisme dengan kolektivisme, antara kapitalisme dengan sosialisme.
  Pertengahan dalam mengabungkan kepentngan duniawi dan ukhrawi. Di dalam individu juga diseimbangkan antara jasmani dan ruhani, antara akal dan hati, antara idealita dan fakta.
  Nilai pertengahan dan keseimbangan terpenting adalah berkaitan dengan: (1) harta dan (2) kepemilikan.
  Dan konsep harta, Islam tidak mengikuti mereka yang menolak dunia secara keseluruhan à dunia dianggap buruk, seperti pandangan fislafat Barahimah, Budha, Manawiah di Persia, dan Kependetaan Nasrani. Islam juga menolak kelompok yang menjadikan dunia ‘sembahan’ bagi mereka seperti kaum materialis dan kaum dahriyyah.
  Kepemilikan individu dibolehkan tetapi juga ditetapkan pemilikan bersama pada benda-benda yang bersifat dharuri  bagi semua manusia. “Kaum muslimin berserikat dalam tiga hal: rumput,air, dan api” (HR. Abu Daud). Di hadits yang lain juga masuk: garam. Ulama’ meng-qiyaskan pada pada semua jenis barang tambang (syarat: kebutuhan manusia dan mudah didapat).

143.  Dan demikian (pula) kami Telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan[95] agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. dan kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang Telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.

[95]  umat Islam dijadikan umat yang adil dan pilihan, Karena mereka akan menjadi saksi atas perbuatan orang yang menyimpang dari kebenaran baik di dunia maupun di akhirat.
Tujuan Ekonomi Islam
  Mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat (falah) melalui suatu tata kehidupan yang baik dan terhormat (hayah thoyibah).
  Maslahah dasar bagi kehidupan manusia terdiri dari lima hal, yaitu agama (dien), jiwa (nafs), intelektual (’aql), keturunan (nasl), dan material (maal). Kelima maslahah à sarana à hayah thoyibah
  Masalahah à dicapai jika hidup manusia dalam keseimbangan (equlibrium) à sunatullah.
  Seimbang antara dimensi:
  (1) material-spiritual;
  (2) individual-sosial;
  (3) kesejahteraan di kehidupan duniawi dan di akhirat.

Moral Sebagai Pilar Ekonomi Islam

  1. Moral (akhlak) à pegangan pokok bagi pelaku
  2. Moral menempati posisi penting dalam Islam à Rasulullah diutus untuk ini.
  3. Implikasi tauhid à peran Allah dalam aktivitas ekonomi menjadi sentral
  4. Segala hal dalam EI à bersumber dari Allah (min Allah) à cara atau metode sesuai aturan Allah à mencari ridha Allah (Ilallah)
  5. Menjalankan rukun Islam yang juga berkaitan dengan EI.
  6. Moral EI :
         Nilai Ekonomi Islam
         Prinsip Ekonomi Islam
Nilai-nilai Dasar Ekonomi Islam (1)
  1. Adil
         Nilai paling asasi dalam Islam à risalah para Rasul-Nya (QS. 57:25)
         Diletakkan sederajat dengan kebajikan dan ketaqwaan (QS. 5:8)
         Nilai turunan:
  Persamaan kompensasi à seseorang harus memberikan kompensasi kepada pihak lain dengan perngorbanan yang telah dilakukan à hak yang harus dipenuhi.
  Persamaan hukum à dalam transaksi semua orang diperlakukan sama.
  Moderat à keputusan yang sesuai
  Proporsional à sesuai denga ukuran.
          Adil akan terwujud bila setiap orang menjunjung:
  Kebenaran
  Kejujuran
  Keberanian
  Kelurusan à taat asas
  Khilafah
  1. Takaful à social insurance à material & maknawi
Nilai-nilai Dasar Ekonomi Islam (2)
  1. Adil
  2. Khilafah à Makna khalifah dapat dijabarkan:
         Tangungjawab berprilaku ekonomi dengan cara yang benar à SDA dikelola secara benar.
         Tangungjawab untuk mewujudkan maslahah secara maksimum à monopoli SDA.
         Tangungjawab perbaikan kesejahteraan setiap individu à yang kelebihan berbagi kepada pihak yang kekurangan
  1. Takaful à social insurance à material & maknawi
Nilai-nilai Dasar Ekonomi Islam (3)
  1. Adil
  2. Khilafah
  3. Takaful à social insurance à material & maknawi
         Jaminan pemilikan dan pengelolaan SDA
         Jaminan setiap individu untuk menikmati hasil pembangunan dan output
         Jaminan setiap individu untuk membangun keluarga sakinah
         Jaminan untuk amar ma’ruf nahi munkar
Prinsip-prinsip Dasar Ekonomi Islam (1)
  1. Kerja (resources utilization) à perintah bekerja
  2. Kompensasi à hak sesuai
  3. Efisiensi à terbaik mengelola SDA
  4. Profesionalisme
  5. Kecukupan à jaminan kebutuhan
  6. Pemerataan kesempatan
  7. Kebebasan à dibatasi nilai islam
  8. Kerjasama à
  9. Persaingan à
  10. Keseimbangan àantardim
  11. Solidaritas
  12. Informasi simetri
Basis Kebijakan Ekonomi Islam
  1. Penghapusan Riba
  2. Pelembagaan Zakat
  3. Pelarangan Gharar
  4. Pelarangan yang Haram
Paradigma Ekonomi Islam
  1. Paradigma à serangkaian padangan yang menghubungkan idealisme yang abstrak dengan gambaran praktik yang tampak.
  2. Paradigma EI à mencerminkan padangan dan prilaku yang mencerminkan falah.
  3. Paradigma EI bisa dilihat dari: (1) paradigma berfikir dan berprilaku (behavior paradigm) à spirit dan pedoman (nilai-niali EI); (2) paradigma umum (grand pattern)à gambaran yeng mencerminkan keadaan suatu masy yang berpengan teguh pada paradigma prilaku à sehingga muncul pattern.
  4. Paradigma yang terbentuk dari kapitalis à individual materialisme dalam berfikir dan paradigam mekanisme pasar dalam prilaku ekonomi
  5. Paradigam EI
         Perekonomian yang Adil
         Perekonomian yang Harmoni (Madani)
  1. Hal ini bisa dicerminkan dengan adanya kesempatan pada setiap individu untuk mendapatkan haknya secara penuh dan proporsional dan adanya iklim yang sinergis antar anggota mas untuk saling mendukung (harmonis) mewujudkan falah secara bersama-sama

Rancang Bangun Ekonomi Islam
Elemen kunci sietem ekonomi: hak kepemilikan, mekanisme provisi dan koordinasi keputusan, metode pengambilan keputusan, dan sistem insentif (Gregory dan Stuart (1985).
  Kepemilikan Dalam Islam
  Maslahah sebagai Insentif Ekonomi
  Musyawarah sebagai Prinsip Pengambilan Keputusan
  Pasar yang Adil Sebagai Media Komunikasi
  Pelaku Ekonomi Dalam Islam
Kepemilikan Dalam Islam
Dalam ajaran Islam hak milik dikategorikan menjadi tiga:
  1. Hak milik individual (milkiyah fardiyah/private ownership)
         à Atas sumber daya ekonomi àFitrah manusia à harus dihormati dan dijaga à prasyarat mendasar untuk mencapai falah à menciptakan motivasi dan memberi ruang pemanfaatan optimal
         Batasan : perolehan dan penggunaan sesuai syariah dan tidak menimbulkan mafsadat (kerugian) bagi diri maupun pihak lain.
  1. Hak milik umum atau publik (milkiyah ‘ammah/public ownership)
         à benda peruntukan pemanfaatan untuk umum à Dalam Islam tidak dibatasi sesuai dengan kondisi negara.
         Karakteristik: (1) meruapakan fasilitas umum à kalau tidak ada akan sengketa; (2) bahan tambang à terbatas jumlah; (3) SDA yang sifat pembentukannya menghalangi untuk dimiliki; (4) Harta Wakaf.
  1. Hak milik negara (milkiyah daulah/state ownership)
         Asalnya bisa milik individu atau umum
         Dikelola pemerintah à representasi kepentingan rakyat sekaligus mengemban misi kekhalifahan Allah di muka bumi.
         Hak negara dapat dialihkan kepilikannya à subsidi.
         Hak umum tidak bisa dialihkan ke Individu meski bsia dikelola pemerintah
  Bertolak dari konsep hak milik maka Sistem EI à ekonomi tiga sektor: pasar, masyarakat dan negara. Masing-masing punya kewajban untuk mencapai falah.